Management Mantan Pacar

Banyak hal yang saya pelajari ketika dulu pacaran dengan pria yang sekarang menjadi suami saya. Salah satu diantaranya adalah tentang manajemen obsesi terhadap mantan-mantan pacarnya.

Sekarang sih saya sudah berhasil melewati fase sulit itu, dan sudah berada dalam fase "bisa menertawakan" kebodohan yang saya lakukan dulu waktu pacaran. Tapi kalau disuruh memilih kembali, sebagaimana saya ingin bagi kepada sesama wanita, terutama yang masih lajang dan terutama sekali yang belum punya pacar, saya akan lebih memilih untuk tidak tahu sama sekali tentang:

1. Siapa saja nama mantan-mantannya
2. Seperti apa penampakkan mantan-mantannya
3. Apa saja yang mereka lakukan dulu

Saya berpikir mungkin secara tidak sadar kebanyakan wanita adalah makhluk yang gemar berkompetisi untuk selalu jadi yang nomor satu di hati pasangan, namun sekaligus mudah merasa tidak aman. Nah, karena pengen selalu jadi yang nomor satu itulah maka kadang wanita suka penasaran "Seperti apa sih orang yang pernah jadi ratu di hati pasangan kita?". Beranjak dari situ, pertanyaannya biasanya jadi lebih kreatif: "Dulu putusnya kenapa ya?" atau "Masih cinta nggak ya sama dia", dan lain sebagainya.

Selesai?

Tergantung orangnya. Repotnya kalau si wanita punya sifat bawaan seperti saya: Ahli sejarah sejati yang bisa mengingat detil setiap peristiwa, detil setiap perkataan, detil waktu kejadian, dan kemudian saya cari hubungan sebab dan akibatnya secara logis. Hehe, mungkin kalau saya benar-benar jadi ahli sejarah, karir saya bisa melejit. Sayangnya, saya mempergunakan bakat saya itu untuk sesuatu yang salah: saya menjadi terobsesi sekali sama salah satu mantan pacar suami saya dulu, setelah suami saya (dulu pacar) cerita detil tentang mantannya.

Saya sendiri nggak tahu kenapa awalnya saya bertanya duluan tentang mantan pacarnya. Mungkin sekali karena saya cemburu dan saya merasa nggak aman.

Nggak aman kenapa? karena pasangan saya termasuk kategori pria yang baik hati yang selalu ramah kepada setiap orang, termasuk kepada mantan-mantan pacarnya yang pada saat itu masih sering telepon-telepon suami saya. Setelah suami saya jawab dengan jujur dan detil tentang mantannya dan apa saja yang mereka lakukan dulu, bukannya saya menghargai kejujurannya dengan mengakhiri saja topik tentang mantan, eh malah saya kelimpungan nggak bisa terima dosa-dosa masa lalu mereka. Waktu itu saya bener-bener nggak siap mendengar cerita masa lalu yang seburuk itu. Saya nggak menyangka perbuatan mereka dulu hina sekali.

Antara cinta banget sama suami (waktu itu masih pacar) dan benci setelah mendengar cerita itu, saya jadi suka kepikiran sendiri. Endingnya, karena saya terlalu mencintai suami saya, jadinya saya malah benci banget sama mantannya. No mater what, pokoknya benci!

Setelah itu saya melewati hari-hari nggak menyenangkan karena selalu curiga sama suami (waktu itu masih pacar), termasuk jadi suka cek-cek HP nya yang ujungnya malah membuat dia makin nggak nyaman ada di dekat saya karena bawaannya saya pengen marah-marah melulu. Akhirnya? Mantannya yang emang masih ngebet BUANGET sama suami jadi sempet deket lagi!! Duuuhhh, mau mati nggak sih looo... Makin jauh aja saya dan pasangan secara emosional walaupun berstatus pacar.

Tapi mungkin karena kami memang berjodoh, akhirnya saya dan suami (waktu itu masih pacar) jadi menikah. Sebelum menikah kami sepakat untuk benar-benar tutup buku masa lalu kami. Dan feeling saya sih mengatakan kalau suami saya benar-benar jujur dan tulus mencintai saya.

Meskipun Alhamdulillah berakhir bahagia, tapi untuk melupakan masa lalu suami, saya butuh 2-3 tahun lamanya setelah menikah. Apalagi kalau mau berintim-intim sama suami, jadi kepikiran mereka berdua. Nggak banget kan ya? Tapi saya belajar, kalau saya percaya diri, maksudnya percaya kalau suami benar-benar cinta sama saya seorang, maka sikap saya kepada suami akan lebih hangat. Dan itu terbukti! Itu membuat suami makin betah di rumah, makin perhatian sama saya. Akhirnya memperkuat cinta kami.

Skemanya begini:

Kita pede bahwa pasangan cuma cinta ke kita seorang ---> bawaannya jadi nggak curigaan ke pasangan dan nggak pengen ngecek-ngecek HP atau FB atau e-mail ---> sikap kita jadi lebih hangat ke pasangan ---> Pasangan merasa nyaman sama kita

Makanya, untuk para wanita, terutama yang masih lajang, saya sih menyarankan dua hal:

1. Nggak perlu tahu deh masa lalu pasangan. BIG SWEAR: Nggak perlu!
2. Satu lagi, please repeat after me: PEDE aja lagi!!

Sekarang kalo inget dulu saya pernah stres setengah mati gara-gara cerita masa lalu itu, saya suka geli sendiri, kenapa saya dulu begitu nggak percaya diri sampai-sampai butuh cerita detil tentang suamu dan mantannya. Hiihihi.

sumber:

http://lajnmen.blogspot.com/2009/11/cerita-kiriman-manajemen-mantan-pacar.html?spref=bl

CONVERSATION

0 komentar:

Back
to top